TUGAS SOFTSKILL
ORGANISASI DAN METODE #
KONFLIK
DAN PENYELESAIAN
NAMA : YANTI SUHESTI
NPM :
39113396
KELAS : 1DB02
DOSEN : YUNNI YUNIAWATY
Konflik dalam
Organisasi dan Sumber Konflik Tersebut
Konflik
berasal dari kata kerja configere
yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri
yang dibawa individu dalam. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan
lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat
itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Konflik bertentangan dengan Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Teori-teori konflik
Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu
sosial. Pertama adalah teori konflik C. Gerrtz, yaitu tentang primodialisme,
kedua adalah teori konflik Karl. Marx, yaitu tentang pertentangan kelas, dan
ketiga adalah teori konflik James Scott, yaitu tentang Patron Klien.
Faktor penyebab
konflik
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap
adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada
yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
- Perbedaan latar belakang sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan
pola-pola pemikiran dan pendirian Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada
akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar
belakang yang berbeda. Oleh sebab itu,
dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang
sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan
kepentingan dalam hal pemanfaatan Para
tokoh menanggap hutan sebagai kekayaan
budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan
tidak boleh ditebang. Para menbang pohon-pohon
karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau Bagi
para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna
mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas
terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya
sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat
perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang, dan budaya. Begitu pula
dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya
konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan
kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai,
sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri
dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
- Perubahan-perubahan yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi,
tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat
pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan
konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi
nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun
dalam formal Nilai-nilai kebersamaan
berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung
tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara
cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di
masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan
karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Sumber-sumber
konflik:
- Faktor komunikasi (communication factors)
- Faktor struktur tugas maupun struktur organisasi (job structure or organization)
- Faktor yang bersifat personal (personal factors)
- Faktor lingkungan (environmental factors)
Metode
penyelesaian konflik:
- Dominasi dan penekanan
- Kompromi
- Pemecahan masalah integratif
Konflik dalam
suatu organisasi sangatlah wajar. Organisasi merupakan salah satu wadah untuk
menampung aspirasi atau pendapat anggotanya yang tentunya berbeda-beda. Disaat
tertentu, keinginan salah satu anggota tidak bisa terpenuhi dan itu dapat
menimbulkan terjadinya konflik. Konflik dalam suatu organisasi dapat diatasi
dengan musyawarah dengan seluruh anggota untuk mencari penyelesaian terbaik.
Fase-fase
Konflik
FASE KLASIK, konflik bisa muncul tapi bersifat sementara & hrs
diselesaikan fihak manajemen.
FASE HUB. ANTAR MANUSIA, konflik itu ada tapi bisa dihindari & perlu
di atasi
FASE KONTEMPORER, konflik adl hal
yg tak dpt dihindari dari kehidupan organisasi. Konflik mrp kenyataan hidup yg hrs dipahami &
bukan ditentang
Jenis-jenis
konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
- Konflik antara atau dalam (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
- Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
- Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
- Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
- Konflik antar atau tidak antar agama
- Konflik antar politik.
Akibat konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai
berikut :
- meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
- keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
- perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
- kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
- dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak
yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema
dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap
hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai
berikut:
- Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
- Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.
- Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
- Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.
SUMBER-SUMBER
KONFLIK
Setelah memahami berbagai jenis konflik, dapatlah diurai sumber-sumber konflik atau apa yang menyebabkan terjadinya konflik. Sumber konflik dalam organisasi dapat ditelusuri melalui Konflik dalam diri individu (intrapersonal conflict), Konflik antarindividu (Interpersonal conflict), Konflik antarkelompok (Intergroup conflict), ataupun Konflik antar individu dengan kelompok.
Intrapersonal Conflict
Setelah memahami berbagai jenis konflik, dapatlah diurai sumber-sumber konflik atau apa yang menyebabkan terjadinya konflik. Sumber konflik dalam organisasi dapat ditelusuri melalui Konflik dalam diri individu (intrapersonal conflict), Konflik antarindividu (Interpersonal conflict), Konflik antarkelompok (Intergroup conflict), ataupun Konflik antar individu dengan kelompok.
Intrapersonal Conflict
1. Konflik ini bisa berasal dari dalam diri.
Menurut Luthan (2002 : 400), penyebab dari dalam bisa bersumber dari
sifat-sifat atau cirri-ciri kepribadian dari orang yang bersangkutan. Ia
mengutip hasil penelitian Friedman dan Roseman tentang kepribadian manusia yang
mereka klasifikasikan dengan profil tipe A dan tipe B. Ciri-ciri orang
berkepribadian tipe A adalah : tidak bisa diam, berjalan cepat, makan cepat,
bicara cepat, tidak sabar, melakukan dua hal sekaligus, tidak menyukai waktu
senggang, terobsesi dengan angka-angka, mengukur kesuksesan dengan kuantitas,
agresf, kompetitif dan selalu merasa dikejar waktu. Sedangkan kepribadian tipe
B bercirikan : kurang peduli terhadap waktu, sabar, tidak suka membual, bermain
untuk kesenangan bukan kemenangan, santai, tidak dikejar waktu, bertingkah laku
tenang dan tidak pernah terburu-buru. Orang-orang bertipe A, lebih cenderung
merasakan konflik di dalam diri mereka. Kebanyakan dari mereka akan menderita
serangan jantung.
Selain itu, penyebab konflik dalam diri adalah apa yang disebut goal conflict. Hal ini terjadi karena seseorang diperhadapkan pada dua tujuan atau karena harus membuat keputusan untuk memilih alternative yang terbaik.
Selain itu, penyebab konflik dalam diri adalah apa yang disebut goal conflict. Hal ini terjadi karena seseorang diperhadapkan pada dua tujuan atau karena harus membuat keputusan untuk memilih alternative yang terbaik.
Episode konflik yang berlaku, adalah :
• Approach-approach Conflict, dimana seseorang mengalami konflik karena diperhadapkan pada dua tujuan yang sama-sama menguntungkan atau sama-sama disukai, karena memiliki daya tarik yang sama juga. Sebagai contoh, di waktu yang sama, seseorang harus membuat pilihan menerima promosi jabatan yang sudah lama didambakan atau pindah tempat tugas ke tempat lain dengan iming-iming gaji yang besar.
• Approach-approach Conflict, dimana seseorang mengalami konflik karena diperhadapkan pada dua tujuan yang sama-sama menguntungkan atau sama-sama disukai, karena memiliki daya tarik yang sama juga. Sebagai contoh, di waktu yang sama, seseorang harus membuat pilihan menerima promosi jabatan yang sudah lama didambakan atau pindah tempat tugas ke tempat lain dengan iming-iming gaji yang besar.
• Avoidance-avoidance Conflict. Di sini, seseorang
menghadapi situasi yang mengharuskan ia terpaksa memilih di antara dua
alternatif yang sama-sama tidak disukai atau sama-sama dianggap buruk. Contoh
kongkrit, seumpama seseorang disuruh memilih untuk dipindahkan kerja ke daerah
lain pada lokasi yang tidak menyenangkan, atau
tidak pindah ke tempat baru yang disuruh tapi gajinya diturunkan.
• Approach-avoidance conflict. Pada kasus ini,
seseorang harus menghadapi situasi dimana waktu ia memilih, ia harus menghadapi
konsekwensi yang saling bertolak belakang. Misalnya, orang itu akan memperoleh
gaji yang sangat besar, tapi harus pindah ke tempat terpencil yang sangat tidak
disukai.
Nelson dan Quick (1997 : 385), mengemukakan tiga penyebab intrapersonal conflict.
Nelson dan Quick (1997 : 385), mengemukakan tiga penyebab intrapersonal conflict.
• Inter-role Conflict, dimana seseorang mengalami
konflik yang bertalian dengan peran dalam hidupnya. Biasanya, pekerja / pegawai
mengalami konflik, yang disebut work / home conflict. Contohnya, seorang ibu
yang Pegawai Negeri Sipil (PNS) terpaksa harus meninggalkan pekerjaannya,
karena harus menjaga anaknya yang dirawat di rumah sakit.
• Intra-role Conflict. Ini terjadi bila terdapat
konflik yang bertalian dgn peran tunggal (single role), misalnya saat seseorang
menerima perintah yang berbeda dari dua atasannya. Atasan yang satu menyatakan
harus menjaga jarak antarkaryawan supaya kinerja tidak terganggu, sementara
atasan yang lain meminta agar semua karyawan mengutamakan kerja tim, sehingga
ia kesulitan menjalankan perannya.
• Person-role Conflict, sebagai Konflik yang muncul
dalam melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai hidup yang dianut.
Contohnya, seseorang yang harus menjual produk dengan harga tinggi, padahal dia
sadar bahwa calon konsumennya membutuhkan keuangan untuk ongkos sekolahnya.
2. Konflik yang bersumber dari luar. Misalnya,
tuntutan lingkungan kerja yang baru, kehilangan kebebasan pribadi, erosi kontak
wajah, terus-menerus dipaksa mempelajari keterampilan kerja baru karena
tuntutan pekerjaan, dan terlewatkan dalam promosi jabatan.
Interpersonal Conflict
Interpersonal Conflict
Konflik ini dapat terjadi karena perbedaan latar
belakang individu (perbedaan pendidikan, keahlian, keterampilan, pengalaman
kerja, dan nilai hidup), kemudian karena perbedaan latar belakang sosial
(perbedaan budaya, agama, dan sebagainya), serta perbedaan ciri-ciri pribadi
(lemah lembut, kasar, tegas, plin-plan, agresif, dan sebagainya).
Di kategori ini, di samping konflik yang bersumber
dari latar belakang dan ciri kepribadian individu, terdapat juga sumber-sumber
lain seperti kekurangan informasi (information deficiency), persaingan dalam
perebutan pengaruh, persaingan dalam memperoleh jabatan, pertentangan
kepentingan pribadi (misalnya perebutan mobil dinas), konflik antar peranan
(seperti antara manajer dan bawahan), melewati batas-batas territorial (letak
barang seperti meja yang lewat batas, atau mobil salah parker), gaya
kepemimpinan (misalnya pemimpin yang kasar yang menyakiti hati banyak orang
yang dipimpinnya.
Intergroup Conflict
Intergroup Conflict
Dalam organisasi, terdapat beberapa factor yang
menyebabkan konflik. Mari membahas satu demi satu.
1. Perbedaan dalam tujuan dan prioritas. Setiap sub
unit dalam organisasi memiliki tujuan dan prioritas khusus. Misalnya, dalam
hubungan kerja, bagian pemasaran ingin agar produknya cepat laku. Kalau perlu
dijual murah dan dengan cara kredit. Sebaliknya, bagian keuangan menghendaki
pembayaran harus tunai agar posisi kekuangan perusahaan tetap stabil.
2. Saling ketergantungan tugas (task
interdependence). Ada yang disebut ketergantungan berurutan (sequential
interdependence), dimana output dari suatu unit merupakan input dari unit lain.
Misalnya, untuk merespon suatu surat permohonan, kepala bagian masih harus
menunggu disposisi dari atasannya. Ada juga yang disebut ketergantungan timbal
balik (reciprocal interdependence), seperti hubungan antara dokter, rumah sakit
dan laboratorium.
3. Konflik yang disebabkan oleh pembagian sumber
daya (resource interdependence). Antarunit kerja bersaing karena untuk
mendapatkan sumber daya yang lebih (personil, dana, material, peralatan,
ruangan, fasilitas computer dan lainnya).
4. Deskripsi tugas yang tidak jelas. Ini pun akan
mengakibatkan konflik. Kekaburan karena tidak ada guide lines dan policies yang
jelas, akan membuat kelompok lainnya tersinggung karena dilangkahi.
5. Perbedaan kekuasaan dan status. Biasanya terjadi
karena suatu departemen merasa lebih penting atau memiliki rasa over value
ketimbang departemen lainnya. Departemen yang lainnya pasti akan merasa
dilecehkan.
6. Perbedaan sistim imbalan dan intensif yang
diatur per-unit, bukan berdasarkan tujuan organisasi.
7. Faktor birokratik (lini-staf), dimana pegawai
lini memiliki wewenang dalam proses pengambilan keputusan sementara staf lebih
pada memberikan rekomendasi atau saran. Sering pegawai lini merasa lebih
penting, sementara staf merasa lebih ahli. Ujung-ujungnya konflik. Kedelapan,
karena sistem komunikasi dan informasi yang terganggu. Kadang, terjadi
misunderstanding di kalangan pelaku organisasi karena informasi yang diterima
kurang jelas atau bertentangan dengan tujuan yang sebenarnya.
Konflik
antara individu dan kelompok.
Konflik di sini biasanya dipicu oleh beberapa hal,
seperti : anggota kelompok yang tidak dapat memenuhi harapan dan standar kerja,
individu yang melanggar norma yang disepakati, serta individu yang melecehkan
atau mempermalukan kelompok.
Ray Pneuman (dalam Stevanin, 2000 : 134) mengidentifikasi sumber-sumber konflik antara individu dan kelompok di dalam organisasi. Menurutnya, konflik dapat berlaku jika ada perbedaan nilai dan keyakinan dari anggota organisasi, tidak jelasnya struktur organisasi, tidak cermatnya peran dan tanggung jawab pimpinan, berkembangnya struktur organisasi ke arah yang lebih besar dan luas, tidak berpadunya gaya kepemimpinan yang dipraktekkan oleh manajer dengan para karyawan, pimpinan baru yang terlalu cepat diangkat, komunikasi yang kurang lancar, pertentangan yang tidak terantisipasi oleh pimpinan, para karyawan yang tidak mau menunjang dan berpartisipasi atau pimpinan baru yang masih mengikuti pola lama dari pimpinan yang digantikannya yang tidak disukai karyawan.
Ray Pneuman (dalam Stevanin, 2000 : 134) mengidentifikasi sumber-sumber konflik antara individu dan kelompok di dalam organisasi. Menurutnya, konflik dapat berlaku jika ada perbedaan nilai dan keyakinan dari anggota organisasi, tidak jelasnya struktur organisasi, tidak cermatnya peran dan tanggung jawab pimpinan, berkembangnya struktur organisasi ke arah yang lebih besar dan luas, tidak berpadunya gaya kepemimpinan yang dipraktekkan oleh manajer dengan para karyawan, pimpinan baru yang terlalu cepat diangkat, komunikasi yang kurang lancar, pertentangan yang tidak terantisipasi oleh pimpinan, para karyawan yang tidak mau menunjang dan berpartisipasi atau pimpinan baru yang masih mengikuti pola lama dari pimpinan yang digantikannya yang tidak disukai karyawan.
TANDA-TANDA
AWAL MUNCULNYA KONFLIK
Kemunculan konflik dalam organisasi, di dahului
oleh early signs. Ng (2003 : 54) menunjukkan tanda-tanda awal, yaitu : ada
perdebatan yang berkelanjutan, ada ekspresi perasaan negatif yang
berulang-ulang, sudden drops in attendance, terganggunya komunikasi,
unwillingness to communicate, increased telephone call, dan pergantian yang
sering dari posisi kepemimpinan. Selanjutnya, Lasey (2003 :46) menyajikan
beberapa gejala, seperti : komunikasi berubah bentuk menjadi penulisan memo dan
e-mail, lebih banyak orang bekerja di balik pintu tertutup, rapat-rapat tidak
memperoleh hasil apa-apa, bahasa "mereka "dan "kita', friksi dan
permusuhan antar pribadi, nada suara menjadi tinggi dan ada air mata,
terbentuknya gang-gang, rehat makan siang berkepanjangan dan jadwal tidak
terjaga, aksi bolos dan tidak masuk kerja dengan alasan sakit, semangat kerja
rendah atau ketegangan, orang-orang tampak tertekan dan muram, serta
output/kualitas kerja yang terpengaruh.
TAHAP-TAHAP
KONFLIK
Konflik tidak muncul seketika dan langsung menjadi
besar. Konflik itu berkembang secara bertahap. Jika pemimpin tidak peka
mengidentifikasi konflik sehingga intensitas konflik sudah mencapai tahap yang
tinggi, maka penyelesaian konflik bisa sangat sukar, dan berpotensi
menghancurkan semua pihak. Bila ego terluka dan perasaan tersakiti, maka semua
yang terlibat konflik, biasanya akan berusaha mati-matian membela diri dan
mencari kemenangan dengan segala cara, agar tidak kehilangan muka. Jadi, jika
konflik sudah teridentifikasi sejak awal, dicarikan langkah penyelesaian yang
lebih dini, maka relative lebih mudah dalam penanganan konflik.
Louis R. Pondy (dalam George & Jones, 1999:660) merumuskan lima episode konflik yang disebut "Pondys Model of Organizational Conflict". Menurutnya, konflik berkembang melalui lima fase secara beruntun, yaitu : latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict and conflict aftermath.
Louis R. Pondy (dalam George & Jones, 1999:660) merumuskan lima episode konflik yang disebut "Pondys Model of Organizational Conflict". Menurutnya, konflik berkembang melalui lima fase secara beruntun, yaitu : latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict and conflict aftermath.
1. Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini
merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun
kelompok dalam organisasi, oleh karena set up organisasi dan perbedaan
konsepsi, namun masih dibawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk
sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
2. Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini
dimulai ketika para actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi
konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat
asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3. Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai
ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan
merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan,
frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
4. Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase
ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama
mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi
terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5. Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini
adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik
hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya
(disfungsional).
Pickering (2006:22,23) membagi tahap-tahap
perkembangan konflik, yaitu : tahap pertama, dimana terjadi
perselisihan-perselisihan kecil sehari-hari. Biasanya dalam kelompok terdapat
perbedaan nilai kehidupan, budaya, kebutuhan, dan tujuan hidup.
Perbedaan-perbedaan ini, mulai bersinggungan dan menimbulkan rasa jengkel, dan
sebagainya. Kemudian, tahap kedua, dimana tantangan menjadi lebih besar. Unsur
persaingan mulai menonjol. Bahkan sudah menyangkut urusan pribadi, dan mulai
mencari kesalahan orang lain. Terakhir, adalah tahap ketiga, dimana terjadi
pertarungan terbuka, mengakibatkan tujuan bergeser dari ingin menang menjadi
ingin menyakiti.
PENYELESAIAN
KONFLIK
Para manajer/pemimpin memandang konflik secara negatif, karena itu
berusaha untuk menghapuskan semua jenis konflik. Konflik dianggap mengganggu
organisasi dan menghalangi pencapaian tujuan organisasi yang optimal.
Richart Y
Chang menyatakan beberapa langkah untuk menyelesaikan konflik, yaitu :
1. Mengakui
adanya konflik.
2. Mengidentifikasi
konflik yang sebenarnya.
3. Mendengar semua pendapat dari semua sudut pandang.
4.
Bersama-sama mengkaji cara untuk menyelesaikan.
5.
Dapatkan kesepakatan dan tanggung jawab untuk menemukan solusi.
6.
Jadwalkan sesi tindak lanjut untuk mengkaji solusi.
Sementara Gibson (1990) mengemukakan beberapa teknik/metode dalam menyelesaikan
konflik antar kelompok, ketika konflik itu telah mencapai tingkat yang
mengganggu organisasi, yaitu :
Pemecahan
Masalah (Problem Solving)
Pemecahan masalah disebut juga metode konfrontasi, karena berusaha mengurangi konflik melalui pertemuan tatap muka dari kelompok-kelompok yang bertentangan. Kelompok yang saling bertentangan memperdebatkan masalahnya dengan mengumpulkan informasi yang relevan sampai tercapai suatu keputusan.
Pemecahan masalah disebut juga metode konfrontasi, karena berusaha mengurangi konflik melalui pertemuan tatap muka dari kelompok-kelompok yang bertentangan. Kelompok yang saling bertentangan memperdebatkan masalahnya dengan mengumpulkan informasi yang relevan sampai tercapai suatu keputusan.
Tujuan
Tingkat Tinggi (Superordinate Goals)
Tujuan tingkat tinggi meliputi pengembangan serangkaian tujuan dan sasaran umum. Kelompok-kelompok yang berkonflik diajak untuk bekerjasama mencapai tujuan dan sasaran yang lebih tinggi. Tujuan tingkat tinggi tidak dapat dicapai oleh satu kelompok sendirian sehingga setiap kelompok yang terlibat konflik akan menggantikan semua tujuannya.
Tujuan tingkat tinggi meliputi pengembangan serangkaian tujuan dan sasaran umum. Kelompok-kelompok yang berkonflik diajak untuk bekerjasama mencapai tujuan dan sasaran yang lebih tinggi. Tujuan tingkat tinggi tidak dapat dicapai oleh satu kelompok sendirian sehingga setiap kelompok yang terlibat konflik akan menggantikan semua tujuannya.
Perluasan Sumber (Expansion of
Resources)
Keterbatasan
sumber menjadi salah satu sebab konflik. Apa saja yang diperoleh kelompok satu
merupakan pengorbanan dari kelompok yang lain. Sumber yang langka bisa berupa
posisi khusus, uang, ruangan, dan sebagainya. Teknik ini diterapkan dengan
memperluas sumber-sumber tersebut, sehingga setiap orang atau kelompok merasa
terpenuhi.
Menghindari
Konflik (Avoidance)
Cara ini
tentunya menjadi alternatif termudah, namun tidak menghasilkan manfaat dalam
jangka panjang. Akibatnya, konflik itu tidak dipecahkan secara efektif atau
tidak dapat disingkirkan.
Melicinkan
Konflik (Smoothing)
Cara ini menekankan
pada kepentingan umum dari kelompok-kelompok yang bertentangan dan
menghilangkan perbedaaan di antara mereka. Alasannya bahwa dengan menekankan
kesamaan pandangan mengenai beberapa masalah tertentu, maka akan mudah
mengarahkan kepada tujuan bersama.
Kompromi(Compromise)
Dalam metode ini tidak ada kelompok yang menang atau kalah secara menonjol, karena keputusan yang dicapai mungkin tidak ideal bagi setiap kelompok. Kompromi dapat digunakan sangat efektif apabila pencarian tujuan (misalnya uang) dapat dibagi-bagi. Jika hal ini tidak mungkin, maka satu kelompok harus berkorban.
Dalam metode ini tidak ada kelompok yang menang atau kalah secara menonjol, karena keputusan yang dicapai mungkin tidak ideal bagi setiap kelompok. Kompromi dapat digunakan sangat efektif apabila pencarian tujuan (misalnya uang) dapat dibagi-bagi. Jika hal ini tidak mungkin, maka satu kelompok harus berkorban.
Perintah dari Yang Berwenang
(Authoritative Command)
Penggunaan wewenang formal
merupakan metode tertua dan paling sering digunakan untuk memecahkan konflik
antar kelompok. Bawahan biasanya mentaati keputusan atasannya, apakah mereka
menyetujui atau tidak. Metode ini berhasil untuk jangka pendek, tetapi seperti
halnya dengan metode menghindari konflik, melicinkan konflik, dan kompromi,
metode ini tidak memusatkan perhatian kepada sebab konflik, namun hanya pada
akibatnya.
Merubah Variabel Manusiawi
(Altering the Human variabble)
Metode ini dengan merubah prilaku
para anggota kelompok yang terlibat. Walupun hal ini cukup sulit, agak lambat
dan sering kali mahal, namun akibatnya sangat berarti dalam jangka panjang,
karena metode ini memusatkan perhatian pada sebab konflik.
Merubah Variabel Struktural
(Altering the Structural variables)
Metode ini
adalah dengan merubah struktur formal organisasi. Metode ini bisa berupa
tindakan memindahkan, mengganti, merotasi/memutasi anggota kelompok, atau
menciptakan posisi tertentu untuk bekerja.
Mengidentifikasi Musuh Bersama
(Identifying a Common Enemy)
Kelompok-kelompok yang berkonflik
dibawa untuk mengidentifikasi dan melawan musuh bersama, sehingga untuk
sementara memecahkan perbedaan mereka, misalnya mengidentifikasi dan melawan
pesaing yang lebih hebat.
Demikian beberapa metode yang bisa digunakan dalam menyelesaikan
konflik. Namun perlu diperhatikan bahwa setiap metode mempunyai kekuatan dan
kelemahannya sendiri dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Berpulang
kepada kemampuan pemimpin untuk membaca situasi dan kondisi, memilih serta
mengembangkan keterampilan menerapkan metode tersebut.
KESIMPULAN
Konflik merupakan masalah yang
sering terjadi dan sulit dielakkan dalam suatu organisasi, baik antar individu,
individu dengan kelompok, maupun antar kelompok. Bagaimanapun jenis konflik,
baik yang mengganggu (disfungsional) maupun yang bermanfaat (fungsional) harus
dihilangkan, karena pada akhirnya akan membawa kekacauan dan merintangi
pencapaian tujuan organisasi.
Persoalannya sekarang bukan
terletak pada konflik itu sendiri, tetapi kepada cara kita untuk memahami
konflik, menghindari sumber-sumber konflik; mendeteksi konflik dan
menyelesaikan konflik yang muncul sedini mungkin dengan cara yang terbaik.
Daftar Pustaka :
James L.
Gibson, etc., Organisasi dan Manajemen :
Prilaku, struktur dan
Proses. Erlangga, Jakarta, 1990.
Juni
Pranoto, M.Pd. Dr. dan Wahyu Suprapti, MM.,
Dra, Membangun Kerjasama Tim
(Team Building), LAN RI, 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar